Bestari, Imma Novia ( 0042031 ) (2008) Kajian 'Keigo' Dalam Cerpen AKAIRŌSOKU TO NINGYO Karya Ogawa Mimei (Dengan Tinjauan Sosiolinguistik). Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.
|
Text
0042031_Abstract_TOC.pdf - Accepted Version Download (155Kb) | Preview |
|
|
Text
0042031_Appendices.pdf - Accepted Version Download (223Kb) | Preview |
|
|
Text
0042031_Chapter1.pdf - Accepted Version Download (113Kb) | Preview |
|
Text
0042031_Chapter2.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (203Kb) |
||
Text
0042031_Chapter3.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (177Kb) |
||
|
Text
0042031_Conclusion.pdf - Accepted Version Download (93Kb) | Preview |
|
Text
0042031_Cover.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (104Kb) |
||
|
Text
0042031_References.pdf - Accepted Version Download (76Kb) | Preview |
Abstract
序論 Dalam suatu hubungan antar manusia tidak pernah lepas dari kehidupan. Hubungan tersebut tentu saja menggunakan bahasa sebagai sumber komunikasi. Bahasa yang digunakannya pun disesuaikan dengan suatu komunitas baik secara sosial maupun kebudayaan. Oleh sebab itu, setiap bahasa ________ terjadi/timbul perbedaan. Seperti dalam bahasa Jepang ada yang disebut keigo, yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Pada teori, terdapat penelitian cara menggunakan keigo pada cerpen akairōsoku to ningyo karya Ogawa Mimei. Keigo tersebut bertujuan untuk mengetahui penggunaan keigo pada situasi seperti apa. 本論 Pada kehidupan sosial di Jepang, saat berkomunikasi dalam suatu kelompok masyarakat, perbedaan bahasa yang digunakan dipengaruhi oleh hubungan jauh-dekat, usia, status sosial. Dan hubungan tersebut juga mempengaruhi konsep 内–外. Dalam hubungan sosial di Jepang, komunikasi yang terjalin banyak menggunakan keigo dalam berbagai situasi. Keigo tersebut terdiri dari sonkeigo, teineigo, dan kenjōgo, yang menentukan status sosial dan usia seseorang dimana penggunaannya memperhatikan hubungan antara orang yang menjadi pokok pembicaraan, pendengar, hubungan rekan kerja. Dalam hubungan ini, pola kalimat keigo dapat di lihat pada bagan di berikut ini: Keigo Pola Kalimat Contoh Sonkeigo • お + ます形 • お + ます形 + なさる • お + ます形 + なさった • お + ます形 + になった • ~ さま Teine igo • 動詞 + の + です形 • 動詞 + ます形 + ない • 動詞 + ます形 + た • 動詞 + ます形 + ない + です形 + た Kenjōgo • 動詞 + ます形 + ない • 動詞 + て • いただく + て • 動詞 + ます形 + た • 動詞 + た • 申さない • 申して • いただいて • 申しました • 申した • いたす + ます形 + た • ござる + ます形 + た • いたしました • ございました Selanjutnya, akan dihadirkan salah satu contoh analisis cara penggunaan keigo dalam cerpen akairōsoku to ningyo. Contoh sonkeigo: 1. おじいさんは、おばあさんの かえ ;帰るのを ま ;待っていますと、おばあさ んが、 あか ;赤ん ぼう ;坊を だ ;抱いて帰ってきました。そして、 いしぶしじゅう ;一部始終をおばあさんは、おじいさんに はな ;話しましと、『それ は、まさしく かみ ;神さまのお さず ;授け こ ;子だから、 だいじ ;大事にして そだ ;育て なければ ばち ;罰が あ ;当たる。』と、おじいさんも もう ;申します。 Kasus di atas merupakan penggabungan keigo antara sonkeigo dan kenjōgo namun pada bagian ini hanya menjelaskan sonkeigonya saja. Kata yang akan dianalisis adalah お さず ;授け, arti dari kata tersebut ialah anugerah atau pemberian. Penambahan prefiks お pada kata benda 授け(さずけ) digunakan untuk menunjukan kata tersebut yang diperhalus, hal ini disebabkan karena adanya perasaan hormat “kakek” terhadap Dewa. Prefiks おdilekatkan pada kata sazuke dikarenakan kata tersebut merupakan kunyomi, yaitu kata yang dibaca dengan cara baca Jepang. Ada pun prefiks お merupakan leksikal bebas yang berarti prefiks tersebut dapat dilekatkan pada kata apa pun. Pola yang terbentuk dari data di atas terdiri dari 『お + めいし ;名詞』sehingga menghasilkan『お + 授け』. Walaupun percakapan saat itu terjadi antara “kakek” terhadap “nenek” namun perkataan tersebut ditujukan kepada Dewa, hal ini memposisikan status “kakek” yang keberadaannya lebih rendah daripada Dewa. Dewa keberadaannya dalam diri orang Jepang sangat dihormati, karena masyarakat Jepang menganggap Dewa sebagai pelindung dan memiliki kekuatan supernatural. Jadi, kata お さず ;授け merupakan sonkeigo karena dalam beberapa situasi, subjek atau yang menjadi pokok pembicaraan tidak harus riil, seperti Dewa atau Tuhan. Percakapan di atas dapat dipastikan mempunyai hubungan sebagai 外の人. Contoh teineigo: 1. おじいさんや、おばあさんは、『うちの むすめ ;娘は、 うちき ;内気で は ;恥ずかし がりやだから、 ひと ;人さまの まえ ;前には で ;出ないのです。』といっていまし た。 Kasus di atas merupakan percakapan antara pasangan “suami-istri” dengan para “pembeli” yang diakhiri dengan bentuk です. Penggunaan 『 です形 』pada kalimat menekankan pada penjelasan “suami-istri” tentang “musume” dan untuk menghargai lawan bicara. Bentuk desu sendiri tidak mempunyai arti dan merupakan leksikal bebas, hal ini disebabkan karena apa pun kata yang digunakan sebelum bentuk desu, bentuk desu itu sendiri tidak akan berubah bentuk. Bentuk desu digunakan sebagai akhir dari suatu kalimat untuk memperindah kalimat agar tampak sopan tanpa merendahkan atau meninggikan pembicara, lawan bicara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Dan kata yang menempel sebelum bentuk desu biasanya merupakan kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Pada akhir kalimat di atas, penggunaan kata kerja yang menempel sebelum bentuk で すharus dibendakan dengan cara menggunakan kata の atau こと, kata no atau koto itu sendiri tidak memiliki arti. Penggunaan desu dalam percakapan, tidak membuat kedudukan “pembeli” lebih rendah ataupun lebih tinggi. Contoh kenjōgo: 1. そして、ろうそくを か ;買って やま ;山に のぼ ;登り、お みや ;宮に さんけい ;参詣して、 ろうそくに ひ ;火をつけてささげ、その も ;燃えて みじか ;短くなるのを ま ;待っ て、またそれをいただいて かえ ;帰りました。 Kasus di atas merupakan tindakan yang dilakukan oleh para “penduduk kota” dalam upaya mereka memperoleh berkat melalui penyembahan di kuil. Unsur kenjōgo terdapat pada kata kerja いただくyang memiliki arti ‘menerima’ berasal dari kata kerja もらう, namun pada kalimat di atas dijadikan bentuk sambung sehingga terjadi perubahan bentuk kata dari いただく menjadi いただいて. Pola yang terbentuk dapat dilihat sebagai berikut 『いただく + て』. Bentuk sambung て itu sendiri merupakan morfem bebas, namun ada penyesuaian terhadap kata yang mengikutinya. Salah satu tujuan penggunaan て ialah agar kalimat yang terjalin tampak lebih sopan selain digunakan sebagai kata sambung (konjugasi). Kalimat di atas menunjukan “peziarah (penduduk)” mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari sesuatu yang mereka sembah. “Peziarah” dan “Dewa” diposisikan oleh pengarang sebagai 外の人. Selain itu, pengarang juga memposisikan “peziarah” sebagai pihak yang direndahkan untuk menghormati pembaca. Kenjōgo dapat juga digunakan pada orang yang menjadi pokok pembicaraan yang tidak riil keberadaannya, seperti Dewa atau Tuhan. 結論 Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari analisis penggunaan keigo yang muncul dalam cerpen akairōsoku to ningyo karya Ogawa Mimei dipengaruhi oleh hubungan pendengar dan pembicara, usia, orang yang menjadi pokok pembicaraan, dan status sosial tokoh cerita akairōsoku to ningyo.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > PN Literature (General) |
Depositing User: | Perpustakaan Maranatha |
Date Deposited: | 26 Sep 2014 10:36 |
Last Modified: | 26 Sep 2014 10:36 |
URI: | http://repository.maranatha.edu/id/eprint/6979 |
Actions (login required)
View Item |