Karnaval sebagai Proyeksi dari Seni Helaran. Kasus Studi: Jember Fashion Carnaval Suatu Kebudayaan Visual

Denissa, Lois (2012) Karnaval sebagai Proyeksi dari Seni Helaran. Kasus Studi: Jember Fashion Carnaval Suatu Kebudayaan Visual. In: International Seminar on Art History and Visual Culture in Southeast Asia: The Gathering of Histories, 12-13 November 2012, Bandung.

[img]
Preview
Text
13. Done Karnaval sebagai Proyeksi dari Seni Helaran.pdf - Published Version

Download (1404Kb) | Preview

Abstract

Masyarakat Indonesia telah mengenal seni pertunjukkan yang bukan hanya digelar di arena pendopo, memiliki atap pelindung saat atraksi berlangsung namun juga memiliki seni pertunjukkan yang digelar di jalanan beratapkan langit lepas. Seni yang digelar di jalanan ini umumnya berupa helaran atau arak-arakan yang melibatkan banyak aktor, baik inspirator, apresiator, aparat dan pihak pemerintahan. Mulai dari bentuknya yang sederhana seperti upacara religi yang melibatkan masyarakat luas seperti Sekatenan di Yogyakarta, Debus di Banten, Sisingaan di Subang, Sintren dan Seren Taun di Kuningan, Kuda Lumping di Jawa Tengah, Reog Ponorogo di Jawa Timur, Upacara Ngaben di Bali dan sebagainya. Secara keseluruhan seni pertunjukkan di atas berbentuk helaran dan menggunakan jalanan sebagai tempat atraksi. Atrakasi seni yang dilakukan di jalanan memiliki nilai yang sakral karena karismanya yang kuatdan sakral untuk mengundang masyarakat berkumpul dan ikut ambil bagian, larut dalam suasana yang terbangun. Tak jarang masyarakat publik menjadi bagian yang interaktif dalam atraksi seni helaran yang acapkali diiringi dengan musik tatabuhan untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan tujuan. Seni helaran umumnya berupa peragaan busana, atraksi tarian atau prosesi upacara dan usungan karya seni atau perabotan keraton, yang diarak untuk sekedar dipertontonkan, sebagai sesajen, syukuran atau permohonan doa. Seni helaran tradisi kemudian dikenal dengan pengertian modern sebagai pawai, yang sering kita jumpai di jalanan antara lain sebagai pawai obor, pawai perayaan kemerdekaan, pawai demonstrasi buruh, pawai pemilihan partai politik, pawai suporter sepak bola dan sebagainya. Karnaval merupakan bentuk lain dari pawai suatu pesta kegembiraan masyarakat dengan mengenakan baju fantasi yang menarik, unik, diiringi musik dan koreografi. Pengertian karnaval mirip dengan festival yang intinya adalah merayakan, bersukaria-ria, beriring-iringan di jalanan. Karnaval yang sering kita jumpai antara lain karnaval bunga menggunakan mobil, karnaval Barongsay, karnaval seni fesyen yang marak ditayangkan antara lain Jember Fashion Carnaval/JFC mempromosikan seni fesyennya, Solo Batik Carnival mempromosikan busana batiknya, Banyuwangi Ethno Carnival mempromosikan kekayaan seni tradisinya.JFC I-XI merupakan karnaval tahunan spektakuler yang dikonstruksi oleh rakyat sejak 11 tahun yang lalu, bersama dengan pemerintah membangun kota kecilnya menjadi sebuah pranata sosial berskala intenasional. Suatu prestasi kebudayaan visual yang sangat mengagumkan dan menjadi teladan dalam mengubah kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya kota Jember dalam meraih impiannya yaitu menjadikan kota kabupaten Jember sebagai Kota Wisata Mode melalui fesyen karnavalnya.

Item Type: Conference or Workshop Item (Paper)
Uncontrolled Keywords: Sejarah Helaran, Karnaval JFC, Sakralitas, Komparasi
Subjects: N Fine Arts > NX Arts in general
Depositing User: Perpustakaan Maranatha
Date Deposited: 22 Feb 2019 09:58
Last Modified: 22 Feb 2019 09:58
URI: http://repository.maranatha.edu/id/eprint/25696

Actions (login required)

View Item View Item