Simon, Sarche ( 0842016 ) (2012) Perbandingan Beras Dalam Budaya Jepang dan Toraja. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.
|
Text
0842016_Abstract_TOC.pdf - Accepted Version Download (267Kb) | Preview |
|
|
Text
0842016_Chapter1.pdf - Accepted Version Download (66Kb) | Preview |
|
Text
0842016_Chapter2.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (160Kb) |
||
Text
0842016_Chapter3.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (45Kb) |
||
Text
0842016_Chapter4.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (212Kb) |
||
|
Text
0842016_Conclusion.pdf - Accepted Version Download (24Kb) | Preview |
|
Text
0842016_Cover.pdf - Accepted Version Restricted to Repository staff only Download (216Kb) |
||
|
Text
0842016_References.pdf - Accepted Version Download (53Kb) | Preview |
Abstract
序論 Beras merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat di negara-negara Asia. Negara Jepang dan Indonesia juga merupakan dua negara yang menjadikan beras sebagai pangan utama. Beras merupakan salah satu kebutuhan dasar pangan yang ada di dalam masyarakat Jepang dan Toraja, kedua negara ini menjadikan beras sebagai pangan utama sejak zaman dulu. Beras merupakan pangan utama yang mendapat tempat istimewa sebagai bahan makanan suci dan mewakili spirit dan keagamaan rakyat Jepang. Demikian juga bagi masyarakat Toraja beras merupakan makanan yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan kehidupan mereka karena itu beras tidak hanya dipandang sebagai bahan makanan saja melainkan memiliki kaitan yang sangat erat dengan kepercayaan mereka. Tujuan dari analisis yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang ada di antara masyarakat Jepang dan Toraja dalam memaknai beras sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Teori yang digunakan dalam analisis ini merupakan metode deskriptif komparasi. Data yang dikumpulkan dideskripsikan kemudian dilakukan perbandingan untuk melihat persamaan dan perbedaan yang ada. Dalam hal ini data yang dikumpulkan merupakan sejarah, kegiatan, aktivitas, dan ritual yang berkaitan dengan beras dalam budaya masyarakat Jepang dan Toraja yang ada. Masyarakat Jepang dan Toraja sudah lama menjadikan beras sebagai pangan utama dalam kehidupan mereka. Beras yang menjadi pangan utama ini merupakan hasil dari tumbuhan padi yang yang dibawah masuk oleh bangsa yang bermigrasi dari luar masuk ke Jepang dan Toraja. Padi merupakan tanaman yang menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat setempat yang terus dibudidaya hingga sekarang. Fungsi utama dari beras itu sendiri adalah sebagai pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Jepang dan Toraja dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga beras menjadi bagian yang penting dan pangan yang paling penting yang harus ada. Di dalam kepercayaan masyarakat Jepang dan Toraja beras juga dijadikan persembahan kepada dewa-dewa yang mereka yakini. Beras dipilih karena memiliki nilai yang tinggi, beras memiliki peranan dan nilai yang tinggi karena di dalam pola pikir masyarakat Jepang dan Toraja beras merupakan makanan yang memberikan tenaga dan energi untuk melakukan berbagai kegiatan untuk melanjutkan kehidupan mereka dan segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan kehidupan adalah hal yang sangat berharga. 本論 Berdasarkan analisi yang sudah dilakukan maka dapat dilihat beberapa point persamaan dan perbedaan yang ada: 1. Beras merupakan makan pokok bagi masyarakat Jepang dan Toraja. Seperti yang terdapat dalam dua kutipan di bawah ini: 日本人は稲作民族であり、2千年上前から稲から取れる米を主 食としてきました。従って、米は日本の農業の中で最も重要な 作物であり、日本文化の基底には米に関係したものが多いので す。米から酒を作り、もち米から餅を作り、せんべいや団子も 作ります。おめでたいときには赤飯を食べ、または神に供えま す。 (K. Gillespie, 2004:112) Padi (beras) bagi orang Toraja merupakan makanan utama dan diyakini mempunyai roh seperti benda-benda lainnya, sehingga mendapatkan pemeliharan dan tempat penimpanan yang khusus yaitu alang (lumbung padi). Padi dipelihara dan dijaga langsung oleh Deata-deata pare (dew-dewa padi) karena selain makanan utama dalam kehidupan dunia nyata, padi juga merupakan makanan sajian Puang Matua, Deata-deata, dan Tomembali Puang. (Said, 2004:78) 2. Beras yang merupakan hasil dari tanaman padi merupakan tumbuhan yang sama-sama berasal dari luar Jepang dan Toraja. Perbedaannya adalah padi dibawa masuk dari dataran Cina masuk ke Jepang. Sedangkan di Toraja beras dibawa masuk oleh suku bangsa Austronesia yang bermigrasi untuk mencari tempat baru. Bisa dilihat dalam kutipan di bawah ini: 紀元前3世紀ごろ、農耕文化が始まりました。大陸から新しい 生産技術がはいってきたのです。米をつくる農耕技術と、金属 器を作ったり、使ったりする技術です。このような農耕社会に なって、日本は大きくかわりました。 (Yamakawa, 1994:34) “Seluruh proses penyebaran manusia yang datang dari utara, timur, dan selatan ke Sulawesi terjadi pada satu zaman, waktu manusia belum mengenal kepandaian bercocok tanam. Untuk memperkirakan waktunya secara pasti sangat sulit ditentukan, kecuali ancar-ancar yang diberikan oleh para ahli purbakala yaitu antara 10.000 sampai tahun 2.000 SM. Tidak lama setelah waktu yang diberikan diatas, maka suku bangsa Austronesia yang mula-mula mendiami lembah sungai di daerah Yunnan Tiongkok Selatan bergerak menyebar. Sebagian dari mereka sampai ke Semenanjung Malaka, Sumatera, dan pulau-pulau di bagian baratnya, sementara yang sebagian lainnya menduduki pulau Jawa. Mereka menyebrangi lautan dengan perahu layar kemudian menyerbu masuk ke Sulawesi secara bergelombang..” (Mukhli, Poelinggomang, Kallo, Suistio, Thosibo, Maryam, 1995:14) 3. Beras memiliki peranan yang besar di dalam kepercayaan Shinto (神道) dan Aluk to’dolo. Masyarakat Jepang dan Toraja meyakini bahwa beras merupakan pemberian langsung dari para dewa kepada masyarakat Jepang dan Toraja. Selain itu juga beras menjadi persembahan sesajian utama kepada para dewa. Seperti yang ditulis dalam kutipan di bawah: The Japanese may associate tea with Zen Buddhism, but rice is unquestionably the province of Shinto. In a formal ritual, the empror plants the first rice seedlings of the year; in another, he eats the first grains of the annual harvest. Sake (rice wine) barrels stacked on high at Shinto shrines represent (unsually symbolically) gift from donors. At a Shinto altar, rice, and sake are common offering to the kami. Because Shinto and rice enjoy a most intimate ritual connection, it is hardly surprising that as an entry point in Japanese culture, rice carries with it values commonly associated with Shinto as well. (Kasulis, 2004:40) 4. Ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jepang dan Toraja pada saat menanam padi hingga panen untuk mendapatkan beras: a) 予祝と Mangkaro kalo’ ini merupakan persiapan yang dilakukan sebelum penanaman padi dimulai. Seperti yang terdapat dalam kutipan tersebut; 予祝 :七日正月、小正月を中心に、一年の農事をなぞったり、 実りのさまをまねしたりする呪術的行事をいう。 (The Visual Human Life, 1986:814) Sebelum musim penanaman padi dimulai, so’ bok menyembeli seekor ayam putih di tempat pertama air masuk ke saluran irigasi. Beberapa lembar daun pisang diletakkan di sepanjang aliran itu, bersama beberapa potong kecil daging ayam yang diambil dari bagian sebelah kanan. (Buijs, 2009:144) b) 田植祭 と Mantanan merupakan proses menanam padi di sawah. Padi hnya bisa ditanam oleh para wanita karena kepercayaan dalam Masyarakat Jepang wanita memiliki potensi melahirkan anak yang bisa disalurkan ke padi. Sedangkan masyarakat Toraja meyakini jika roh padi berdiam pada rambut wanita. Karena hal ini maka semua penanam padi harus seorang wanita. Pada kenyataannya adalah karena wanita lebih terampil dalam menanam padi. Bisa dilihat dari kutpan di bawah ini: 田植えは、稲の苗を苗代から水田に植え替える作業で、5 月から6月にかけて行われます。稲の 種まきは、立春から 数えて88日目に当たる八十八(5月2日ごろ)前後がピ ークが、梅雨に入ってから水田に移します。米は日本人の 主食であるため、収穫の出米不出米は1年の生活を左右し ます。従って田植えは重要行事であり、かっては村人の協 同作業であり神事でもありました。 (Gillespie, 2004:277) The actual planters were usually young women, partly perhaps because of their dexterity, but mainly from a traditional feeling that their potential fertility as child-bearers would transfer itself to the rice. (Dunn, 1972:55 ) Para wanita yang menebarkan padi tidak boleh minum selama menanam. Mereka juga tidak boleh mencuci rambutnya sampai padi yang ditanam bertunas. Peraturan ini didasarkan pada keyakinan bahwa roh-roh padi itu melekat pada para wanita ini dan jika mereka mencuci rambutnya, maka roh ini akan ikut tercuci. (Loosdrecht, 2005:74) c) 生育祈願と Ma’torak adalah proses penjagaan dan pemeliharan yang dilakukan agar padi bisa bertumbuh dengan baik tanpa serangan dari hama yang bisa merusak padi. 夏にさしかかるころには、水田にも雑草。ほうっておきま すと、米がはえてきます。ほうっておきますと、米は雑草 に負けてしまいます。充分な収穫を確保うるのには、雑草 をひとつひとつ抜いていかなければなりません。 (Toyoyuki, 1999:105) d) 刈上祭とma’pare merupakan tahap persiapan dan panen yang akan dilakukan. Masyarakat Jepang dan Toraja akan melakukan persiapan untuk melakukan panen. Setelah persiapan selesai barulah dilakukan panen. e) 穫感謝祭と Medatu adalah perayaan yang dilakukan setelah panen selesai. Perayaan ini dilakukan sebagai ungkapan syukur dan terima kasih kepada para dewa yang sudah menjaga dan memberkati padi yang ditanam. Setelah panen dilakukan, kedua masyarakat ini akan merayakan perayaan yang dilakukan bersam-sama dengan masyarakat desa. 結論 Dari analisi yang dilakukan oleh penulis maka dibuat kesimpulan, beras merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Jepang dan Toraja, dan beras menjadi makanan pokok dan makanan sehari-hari bagi kedua masyarakat ini. Selain sebagai makanan, beras juga memiliki peranan di dalam kedua kepercayaan Shinto dan Aluk to dolo. Kedua masyarakat ini terus bekerja-keras untuk mendapatkan beras karena beras merupakan makanan pokok yang bisa membantu melanjutkan kehidupan mereka karena itu beras tidak boleh dibuang atau disia-siakan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | P Language and Literature > PN Literature (General) |
Depositing User: | Perpustakaan Maranatha |
Date Deposited: | 02 Oct 2014 10:59 |
Last Modified: | 02 Oct 2014 10:59 |
URI: | http://repository.maranatha.edu/id/eprint/7084 |
Actions (login required)
View Item |