Riasnugrahani, Missiliana (2011) Pembentukan Techno-Family System Sebagai Upaya Mengatasi Family Technostress. In: Psychology Village 2: Harmotion, 4 April 2011, Universitas Pelita Harapan.
|
Text
Pembentukan Techno-Family System Sebagai Upaya Mengatasi Family Technostress.pdf - Published Version Download (148Kb) | Preview |
Abstract
Dalam era globalisasi, teknologi tidak lagi hanya menjadi alat penunjang dalam kehidupan, tapi teknologi telah menjadi kebutuhan utama dalam hidup.Pergeseran kebutuhan ini terlihat dari semakin tergantungnya individu terhadap teknologi. Ketergantungan ini berdampak negatif bagi individu, karena seringkali individu mengandalkan hal-hal sepele kepada teknologi, sehingga ketika teknologi yang individu andalkan mengalami kerusakan, individu merasa tidak mampu lagi berbuat apa-apa. Meskipun demikian, tidak semua orang bereaksi sama terhadap teknologi. Ada yang selalu mengikuti perubahan ada yang justru menolaknya. Technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, tingkah laku atau fisiologis tubuh, yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi (Weil&Rosen, 1997). Terdapat tujuh tipe dari technostress, yaitu Learning technostress, Boundary technostress, Communication technostress, Time technostress, Family technostress, Workplace technostress dan Societal technostress. Merujuk hasil penelitian technostress terhadap 219 mahasiswa Universitas ’X’ di kota Bandung, diketahui bahwa urutan tipe technostress mulai dari derajat technostress yang tertinggi sampai yang terendah adalah Family technostress, Time technostress, Boundary technostress, Societal technostress, Learning technostress, Workplace technostress, dan Communication technostress. Berdasarkan penelitian tersebut maka mahasiswa Universitas ’X’ lebih mengalami technostress pada tipe Family technostress, yaitu stres yang dialami anggota keluarga karena berkurangnya kualitas interaksi dalam keluarga akibat kehadiran teknologi. Banyak keluarga yang menghabiskan ’waktu bersama’ secara terpisah. Teknologi yang ada di rumah membentuk techno-cocoon, yaitu individu terbungkus dalam teknologi, sibuk dan menghabiskan waktu dengan teknologinya, terisolasi dan tidak berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu semakin banyak orang tua yang merasa kehilangan kebersamaan dengan keluarga, karena semua anggota keluarga sibuk dengan teknologinya masing-masing. Kondisi ini dapat mengancam keseimbangan antara togetherness and separateness, homeostatis keluarga, dan aturan-aturan keluarga, yang merupakan kebutuhan-kebutuhan utama keluarga. Upaya mengatasi kondisi ini dapat dilakukan dengan membangun techno-family system yang sehat, yang dapat menempatkan teknologi sebagai aset bukan malapetaka. Membentuk techno-family system, dapat dilakukan dengan beberapa cara,antara lain orang tua harus mau mempelajari teknologi baru, ataupun membuat aturan penggunaan teknologi dalam keluarga.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Technostress, Family technostress, techno-cocoon, techno-family system |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology |
Depositing User: | Perpustakaan Maranatha |
Date Deposited: | 04 Apr 2012 04:37 |
Last Modified: | 04 Apr 2012 04:37 |
URI: | http://repository.maranatha.edu/id/eprint/1071 |
Actions (login required)
View Item |