Discussion on Social Conflicts in Forest Hairston's 'Spirit Ran Free'

Dian L., Fanni ( 0041096 ) (2006) Discussion on Social Conflicts in Forest Hairston's 'Spirit Ran Free'. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.

[img]
Preview
Text
0041096_Abstract_TOC.pdf - Accepted Version

Download (26Kb) | Preview
[img]
Preview
Text
0041096_Appendices.pdf - Accepted Version

Download (27Kb) | Preview
[img]
Preview
Text
0041096_Chapter1.pdf - Accepted Version

Download (43Kb) | Preview
[img] Text
0041096_Chapter2.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (99Kb)
[img]
Preview
Text
0041096_Conclusion.pdf - Accepted Version

Download (29Kb) | Preview
[img] Text
0041096_Cover.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (158Kb)
[img]
Preview
Text
0041096_References.pdf - Accepted Version

Download (20Kb) | Preview

Abstract

Dalam skripsi ini saya menganalisis novel Spirit Ran Free karya Forest Hairston. Saya memilih pembahasan konflik. Adapun konflik yang dipilih yaitu konflik sosial yang terjadi antara orang kulit putih dengan orang kulit hitam dalam masa perbudakan di Amerika. Novel ini bercerita tentang perbudakan yang terjadi pada Lyakenna dan anaknya Marcellus. Sebagai budak, mereka dihadapkan kepada kekejaman orang kulit putih. Lyakenna melahirkan seorang anak bernama Marcellus di tempat penampungan budak. Kemudian Lyakenna sadar bahwa ia dan Marcellus harus hidup dibawah hukum-hukum yang berlaku di Mississippi. Lyakenna mengajar Marcellus menulis dan membaca yang membuat Marcellus menyadari bahwa ia dan ibunya bukanlah budak melainkan orang yang bebas. Ketidakpatuhan dan kepintaran Marcellus sebagai seorang budak sering menimbulkan konflik antara Marcellus dan tuannya. Marcellus menyakini bahwa perbudakan adalah tindakan paling kejam yang tejadi pada manusia, karena dengan adanya perbudakan hak seseorang sebagai manusia akan hilang. Terkadang para budak disamakan seperti barang ataupun binatang. Marcellus merasa bahwa hukum yang dibuat oleh orang kulit putih membuatnya tidak merasa sebagai seorang manusia karena ia tidak mempunyai hak untuk merasakan kebebasan yang diberikan Tuhan kepada setiap mahluk-Nya. Setelah menganalisis Spirit Ran Free, sya menyimpulkan bahwa semua konflik yang ada bersumber pada satu masalah, yaitu perbudakan. Marcellus dan orang-orang kulit hitam lainnya ingin merasakan kebebasan dan mereka mempunyai hak untuk melakukan apa yang mereka inginkan tanpa bergantung pada hukum-hukum yang membuat mereka menjadi budak. Banyak konflik yang tidak dapat terselesaikan karena sangat sulit bagi Marcellus dan rekan-rekannya untuk menghapuskan perbudakan tanpa dukungan dari orang kulit putih. Pesan dari pengarang yang jelas dalam novel ini ialah bahwa perbudakan adalah tindakan yang paling kejam yang membuat hak-hak seseorang menjadi hilang. Saya berpendapat bahwa Spirit Ran Free sangatlah menarik untuk dibaca dan dianalisis.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: P Language and Literature > PR English literature
Depositing User: Perpustakaan Maranatha
Date Deposited: 02 Jun 2014 09:24
Last Modified: 02 Jun 2014 09:24
URI: http://repository.maranatha.edu/id/eprint/6026

Actions (login required)

View Item View Item