Sybil , Bianda Pavita ( 1623072 ) (2021) Rekayasa Kabin Food Bike Untuk Berjualan Telur Gulung Khas Jepang Yang Ergonomis. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha.
|
Text
1623072_Abstract_TOC.pdf - Accepted Version Download (624Kb) | Preview |
|
|
Text
1623072_Chapter1.pdf - Accepted Version Download (381Kb) | Preview |
|
Text
1623072_Chapter2.pdf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (1173Kb) |
||
Text
1623072_Chapter3.pdf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (755Kb) |
||
Text
1623072_Chapter4.pdf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (995Kb) |
||
Text
1623072_Chapter5.pdf - Accepted Version Restricted to Registered users only Download (7Mb) |
||
|
Text
1623072_Conclusion.pdf - Accepted Version Download (226Kb) | Preview |
|
|
Text
1623072_Cover.pdf - Accepted Version Download (1241Kb) | Preview |
|
|
Text
1623072_References.pdf - Accepted Version Download (697Kb) | Preview |
Abstract
Saat ini, bisnis food & beverage (F&B) adalah salah satu bidang bisnis yang terus berkembang dan berinovasi dengan cepat. Salah satu bukti inovasinya adalah dengan menganut konsep berjualan mobile atau dapat berpindah-pindah dengan menggunakan food bike. Meskipun konsep mobile ini bukan lagi hal yang asing di Indonesia, tetapi belum banyak pebisnis yang menggunakan motor roda tiga sebagai sarana berjualan mobile ini. Konsep berjualan mobile dengan motor roda tiga ini tentu memiliki kelebihannya sendiri jika dibandingkan dengan konsep berjualan pada lokasi yang tetap. Konsep berjualan mobile bersifat lebih fleksibel dari segi waktu dan lokasi. Penjual bisa memilih lokasi mana yang akan dikunjungi pada waktu tertentu saat ramai pengunjung. Misalkan, pada jam makan siang penjual berjualan di daerah perkantoran untuk menarik pelanggan yang akan makan siang, kemudian pada jam pulang sekolah penjual berjualan di depan sekolah untuk menarik pelanggan anak-anak sekolah. Berbeda dengan konsep berjualan pada lokasi tetap, pelangganlah yang harus mendatangi tempat tersebut sehingga jika ada saat-saat tertentu sepi pelanggan, maka penjual hanya bisa menunggu sampai pelanggan datang. Melihat hal ini, penulis akan merancang kabin food bike yang ergonomis dan sesuai kebutuhan untuk berjualan tamagoyaki (telur gulung khas Jepang) meliputi tata letak kabin, fasilitas fisik, penerapan metode 5S, dan penerapan K3. Pengumpulan data pertama yang dilakukan untuk perancangan kabin food bike ini adalah dengan mengambil data spesifikasi dan dimensi dari motor roda tiga yang digunakan, yaitu Nozomi Azabu 200 Water Cooler, data dimensi seluruh alat dan bahan yang diperlukan untuk berjualan, data dimensi tamagoyaki yang akan dijual dan kapasitas penjualan, kondisi kabin dalam kondisi kosong, serta data antropometri yang akan digunakan dalam perancangan berdasarkan buku Konsep Dasar Ergonomi dan Aplikasinya karangan Eko Nurmianto. Kemudian, penulis mengolah data antropometri, yaitu dengan memilah data persentil mana saja yang akan digunakan dari persentil pria maupun wanita karena rancangan yang akan dibuat dapat digunakan oleh kedua jenis kelamin tersebut. Dalam tahap perancangan dan analisis, penulis membuat tiga alternatif tata letak kabin dan mencari tiga alternatif fasilitas fisik yang akan digunakan. Kemudian penulis membuat rancangan fasilitas fisik sesuai data antropometri dan mencari alternatif lain yang dijual di pasaran. Metode pemilihan alternatif yang digunakan adalah concept scoring, yaitu dengan memberi penilaian pada setiap alternatif berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan penjual. Penulis kemudian menganalisa penerapan metode 5S pada rancangan kabin yang telah dibuat. Selanjutnya, penulis menganalisa keamanan pengguna dengan menggunakan diagram fishbone dan pendekatan 5W+1H untuk mencari akar permasalahan serta membuat rencana pencegahan dan penanggulangan berdasarkan kecelakaan yang berpotensi terjadi. Berdasarkan hasil perancangan dan analisis tersebut, didapatkan satu alternatif tata letak kabin yang terpilih adalah alternatif pertama dengan rating concept scoring tertinggi karena memiliki kemudahan mengakses fasilitas fisik, memiliki kapasitas tempat makan yang cukup, dan memiliki kemudahan bertransaksi. Didapatkan juga fasilitas fisik yang terdiri dari meja kompor, etalase, lemari bahan/meja transaksi, lemari alat/display menu, lemari kursi, meja makan, dan kursi yang terpilih adalah hasil dari perancangan yang sudah sesuai dengan data antropometri pengguna. Kemudian, sebagai bentuk penerapan 5S, penulis mengusulkan untuk mengelompokkan dan memisahkan barang yang diperlukan dengan yang tidak, menata barang-barang dengan rapi pada tempatnya masing-masing, selalu menjaga kebersihan tempat kerja dan lingkungan sekitar, dan selalu ingat untuk melakukan ketiga hal tersebut dan menjadikannya kebiasaan. Dari segi keamanan pengguna, didapatkan lima potensi kecelakaan, yaitu terkena api atau pan panas, teriris pisau, kebakaran, ledakan gas dan kendaraan terguling yang kemudian dicari penyebabnya menggunakan diagram fishbone dan dibuat rencana pencegahannya menggunakan pendekatan 5W+1H serta penanggulangannya, seperti menyediakan kelengkapan fasilitas K3, yaitu APAR dan kotak P3K.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | food bike, tamagoyaki, motor roda tiga, ergonomis |
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor |
Divisions: | Faculty of Engineering > 23 Industrial Engineering Department |
Depositing User: | Perpustakaan Maranatha |
Date Deposited: | 20 Oct 2022 06:33 |
Last Modified: | 20 Oct 2022 06:33 |
URI: | http://repository.maranatha.edu/id/eprint/30816 |
Actions (login required)
View Item |